Membangkitkan kembali Nasionalisme lewat Tur Virtual ke Museum

“Jangan sekali-kali melupakan Sejarah (JASMERAH)” – Ir. Soekarno dlm pidato terakhir HUT RI 17 Agustus 1966 –

Siapa yang suka dengan pelajaran Sejarah ketika sekolah dahulu??.

Aku termasuk yang suka pelajaran Sejarah terutama terkait sejarah Indonesia. Dan dari mengenal Sejarah, rasa nasionalisme semakin tumbuh dalam keseharian aku, bahkan dalam memilih ekstra kurikuler pun aku memilih Paskibra dari SD sampai SMA, dan selalu tertarik mengunjungi museum-museum.

Menyinggung tentang Museum, beberapa kali aku mendapatkan kesempatan mengunjungi museum dengan cara unik.

Setahun yang lalu, tepatnya tanggal 17 Agustus 2019 aku mendapatkan kesempatan Tur langsung mengunjungi Museum di Jakarta yang memiliki nilai sejarah terkait kemerdekaan Indonesia bersama Blue Bird. Di hari itu aku dan teman-teman yang terpilih mengunjungi beberapa Museum : , dan yang uniknya kami mengunjungi museum menggunakan kostum pejuang yang sudah disediakan oleh Bluebird. Jadi ikut merasakan apa yang dirasakan oleh para pejuang ketika kami menyusuri museum menggunakan kostum pejuang, penuh dengan rasa haru dan bangga.

Setahun berlalu, kini di tahun 2020 dan menjelang 17 Agustus aku pun mendapatkan kesempatan mengunjungi museum kembali dan kali ini tidak kalah unik dengan perjalanan Tur ke Museum yang aku jalani tahun lalu. Kali ini Tur ke museum dilakukan secara virtual…lho emang bisa?? Pertanyaan ini yang terucap di hati sewaktu melihat postingan @komunitasisb di instagram.

Komunitas ISB bersama dengan Wisata Kreatif Jakarta dan Kinokuniya mengadakan acara 17-an Tur Virtual. Persyaratan nya cukup mudah, hanya dengan memposting foto beserta caption harapan di hari ulang tahun Indonesia. Karena rasa penasaran yang tinggi terhadap tur virtual ini, aku pun ikutan dan Alhamdulillah saya pun terpilih bersama peserta yang lain dalam 17-an Tur Virtual.

Tanggal 15 Agustus 2020, hari yang dinantikan untuk menjalani 17-an Tur Virtual pun tiba. Tur virtual dilakukan melalui aplikasi Zoom dengan link yanh sudah diberikan kepada masing-masing peserta.

Komunitas yang menjadi EO

17-an Tur virtual ini diselenggarakan oleh Wisata Jakarta Kreatif yang merupakan komunitas yang suka jalan-jalan kemudian merambah dunia EO. Ada 15 orang di dalam EO Wisata Kreatif Jakarta dan semuanya merupakan pemandu wisata yang menjadi pekerjaan utama mereka. Karena pandemi covid-19, mereka harus kehilangan pemasukan dan akhirnya membuat terobosan dan membuka peluang baru yaitu dengan program Tur Virtual.

17-an Tur Virtual

Virtual Tour Guide

Seperti Tur yang sesungguhnya yang tersedia fasilitas Tour Guide atau pemandu wisata, tur virtual pun juga memiliki Virtual Tour Guide namanya Mbak Ira Lathief. Kami diajak mengunjungi museum-museum dan Mbak Ira pun menjelaskan sejarah yang ada di tempat tersebut atau di tenpat yang sedang kita lewati. Mbak Ira ini ahli sekali sejarahnya, mendengarkan penjelasan Mbak Ira, aku seperti kembali mengulang pelajaran Seharah waktu di sekolah dulu.

Museum Sumpah Pemuda

Museum Sumpah Pemuda menjadi destinasi pertama kami di 17-an Tur Virtual. Dari nama museumnya saja sudah bisa menebak yah jika di tempat inilah terjadi nya pembacaan Ikrar Sumpah Pemuda. Tapi apakah kita tahu sejarah awalnya atau tempat ini sebelumnya merupakan bangunan apa??

Ternyata aku pun baru mengetahui jika Museum Sumpah Pemuda ini awalnya adalah bangunan kos-kosan yang dimiliki oleh seorang Tionghoa dan ditempati oleh mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan kedokteran di Stovia (sekolah kedokteran yang dibuat Kolonial Belanda khusus untuk Pribumi).

Destinasi ke-1 : Museum Sumpah Pemuda

Di tempat inilah diselenggarakannya Kongres Sumpah Pemuda hingga terbentuknya naskah Sumpah Pemuda. Dan lagu Indonesia Raya diperdengarkan pertama kali di Museum Sumpah Pemuda ini oleh WR Supratman hingga kini menjadi lagu kebangsaan Indonesia.

Yang menarik dari kunjungan ke Museum Sumpah pemuda ini, mbak Ira Lathief juga membahas kisah Wage Rudolf Supratman yang aku pun baru mendengarnya disini, karena selama ini jarang ada buku yang membahas mengenai WR Supratman, seperti hari meninggalnya WR Supratman yang ternyata beliau meninggal 7 tahun sebelum Indonesia merdeka, tepatnya 17 Agustus 1938 karena sakit paru-paru dan ditemukan meninggal dengan memegang partitur dan biolanya.

Gedung Pancasila dan MH Thamrin

Destinasi kedua di 17-an Tur Virtual adlaah Gedung Pancasila yang terletak di area Kementerian Luar Negeri di jalan Pejambon.

Destinasi ke-2 : Gedung Pancasila ini dahulu merupakan Gedung anggota dewan volksraad Belanda.

Dulunya merupakan gedung volksraad atau gedung dewan rakyat jaman belanda. Menariknya, dari cerita Mbak Ira Lathief syaa mendapatkan pengetahuan baru yaitu adanya 1 putra pribumi yg menjadi anggota dewan volksraad yaitu MH Thamrin.

Pada 1 Juni di gedung inilah Soekarno mengemukakan mengenai Pancasila yg sekarang dikenal sebagai dasar negara.
Awal mulanya berasal dari pertanyaan Radjiman yg mempertanyakan apabila nanti indonesia merdeka, apa dasar negara indonesia..disitulah Soekarno mengemukakan soal pancasila melalui pidato selama 1 jam secara spontan tanpa teks, dan lahirlah Pancasila yang hingga kini menjadi Dasar Negara Republik Indonesia.

Museum Gedung Joang 45

Bangunan yang berada di Jalan Menteng ini menjadi destinasi ketiga dari 17-an Tur Virtual. Aku pun cukup familiar dengan museum ini karena sudah pernah berkunjung 1 tahun yang lalu bersama Bluebird.

Destinasi ke-3 : Museum Gedung Joang 45. Di museum ini tersimpan mobil dinas Presiden dan Wakil Presiden Pertama Indonesia yang masih berfungsi dan terawat dengan baik.

Awalnya gedung ini merupakan Hotel mewah pada jamannya yang dikelola oleh keluarga L.C. Schomper yang berkebangsaan Belanda sehingga hotel ini bernama Hotel Schomper.

Ketika Jepang masuk ke Indonesia dan menguasai Batavia, hotel tersebut diambil alih oleh para Pemuda Indonesia dan beralih fungsi sebagai kantor yang dikelola Ganseikanbu Sendenbu (Jawatan Propaganda Jepang) yang dikepalai oleh seorang Jepang, “Simizu”. Di kantor inilah kemudian diadakan program pendidikan politik yang dimulai tahun 1942 untuk mendidik pemuda-pemuda Indonesia dan dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah Jepang.

Di tempat ini terdapat banyak peninggalan bersejarah, diantaranya yang menarik mata saya ketika berkunjung ke tempat ini setahun yang lalu adalah koleksi Mobil dinas resmi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama. Mobil dinas ini masih sangat terawat dan masih berfungsi, menurut penjaga museum waktu berkunjung setahun yang lalu, mobil dinas ini dikeluarkan dan dibawa mengikuti pawai setiap tanggal 17 Agustus.

Selain koleksi mobil dinas Presiden dan wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama, terdapat juga diorama kegiatan para pemuda selama di gedung joang 45.

Museum ini juga sudah cukup modern karena ada banyak informasi terkait museum ini yang disajikan melalui digital, dan semua terawat dengan baik.

Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Museum yang terletak di jalan imam Bonjol ini menjadi destinasi keempat dari 17-an Tur Virtual. Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda. Setelah kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, gedung ini tetap menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda sampai Sekutu mendarat di Indonesia, September 1945.

Destinasi ke-4 : Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Pada Museum ini terdapat Piano dan di atas piano inilah Soekarno menandatangani naskah proklamasi

Pada bagian depan Museum ini terdapat tulisan 16081945, karena 1 hari sebelum kemerdekaan yaitu tanggal 16 Agustus 1945, ditempat inilah dirumuskan naskah proklamasi. 3 tokoh penting dalam perumusan naskah proklamasi adalah : Soekarno-Hatta dan Ahmad Subardjo.

Naskah proklamasi ditandatangani oleh soekarno hatta diatas piano yang ada di dalam Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Tugu Proklamasi

Dan di tempat inilah destinasi terakhir dari 17-an Tur Virtual. Tempat ini juga pernah aku kunjungi setahun yang lalu bersama Bluebird.

Rasa haru, sedih, bangga bercampur menjadi satu ketika menginjakkan kaki di tempat ini, dan ini pun aku rasakan ketika sampai di tempat ini di acara 17-an Tur Virtual, walaupun hanya virtual tapi tetap merasakan emosi yang sama ketika berkunjung langsung.

Tempat ini adalah tugu peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang berdiri di kompleks Taman Proklamasi, jalan Proklamasi, Jakarta Pusat.

Di tempat ini terdapat patung besar Soekarno-Hatta yang berdiri berdampingan mirip dengan dokumentasi foto ketika mereka membacakan naskah Proklamasi pertama kali. Pada bagian tengah patung proklamator tersebut terdapat patung naskah proklamasi terbuat dari lempengan batu marmer.

Lokasi ini selalu menjadi tempat upacara peringatan Kemerdekaan Indonesia yang dihadiri oleh veteran perang dan keluarganya, bahkan petugas pengibar benderanya merupakan putra putri cucu dari veteran perang pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Dan aku semoat berfoto dengan petugas paskibraka setahun yang lalu.

Tur bersejarah diselingi dengan Wisata Kuliner

Tidak hanya museum tempat bersejarah saja yang kami kunjungi saat melakukan 17-an Tur Virtual, Mbak Ira juga mengajak kami mampir ke beberapa tempat yang kebetulan kami lewati sepanjang perjalanan menuju Museum.

Melewati jalan Kwitang yang terkenal dengan pusat buku bekas yang menjadi lokasi syuting AADC (Ada Apa Dengan Cinta), Mbak Ira Lathief juga menjelaskan fakta yang baru aku ketahui yaitu di tahun 1970 Kwitang menjadi pusat buku bekas terbesar se-Asia tenggara.

Tidak jauh dari pusat buku bekas, mbak Ira mengajak kami ke gerai Ice Cream Baltic yang sangat legendaris sejak tahun 1938, Ice cream yang menjadi favorit disini adalah Nougat.

Melewati jalan cikini, Mbak Ira menunjukkan kepada kami bekas Toko roti legendaris yaitu Tan Ek Joan dan skrg sdh pindah ke Bogor, namun masih ada sisa-sisa gerobak roti yang ada di pinggir jalan.

Tak terasa 2 jam sudah berlalu dan kami harus mengakhiri perjalanan Tur Virtual kali ini. Benar-benar sangat berkesan karena ternyata banyak sekali museum bersejarah yang masih belum sempat aku kunjungi, padahal sudah tingal di Jakarta sejak puluhan tahun.

Kemudian masih di jalan Cikini, Mbak Ira juga menunjukkan pada kami foto gerai Ice cream favorit bung Karno yaitu Ice Cream Tjan Nang. Namun bangunan gerai Ice Cream ini dijual dan sekarang jika ingin mencari es krim ini kita bisa menemukannya di Receptionist Hotel Cikini karena hanya dijual disini. Ice cream yang menjadi favorit dan direkomendasikan mbak Ira adalah rasa Kopyor.

Inilah yang menjadi tujuan Wisata Kreatif Jakarta mengadakan program Tur Virtual ke museum, agar semakin banyak warga Jakarta khususnya yang tertarik mengunjungi museum.

Dari perjalanan Tur Virtual ini, aku pun merasakan kembali jiwa Nasionalisme bertambah. Insya Allah jika pandemi covid 19 berakhir, aku pun ingin mengajak anak-anak mengunjungi Museum agar bisa belajar sejarah dengan cara yang menyenangkan. Aku ingin Bangsa Indonesia termasuk aku, suami dan anak-anak menjadi Bangsa yang besar karena tidak pernah melupakan jasa para Pahlawan seperti kata-kata Bung Karno pada pidato terakhirnya. 

Oh ya…bagi teman-teman yang juga ingin merasakan tur virtual domestik maupun Luar Negeri bisa langsung menghubungi Wisata Kreatif Jakarta dan harganya sangat terjangkau…walaupun di rumah aja tetap bisa merasakan seolah-olah sedang melakukan tur sungguhan.

Published
Categorized as Tur

By admin

Just an Ordinary Moms with 2 Daughter Likes Cooking, Food Photography enthusiast

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *