“Pulau Sipadan dan Ligitan diserahkan oleh PBB kepada Malaysia karena tidak adanya peredaran mata uang Rupiah di sana, yang ada hanya mata uang Ringgit, itu menjadi bukti bahwa Malaysia menguasai Pulau Sipadan dan Ligitan karena mata uang merupakan simbol kedaulatan Negara”
(Asep Kambali dalam IG Live bersama teh Ani Berta)
Apa yang terlintas di benakmu ketika mendengar kata Sejarah??? Sebagian besar membosankan, sejarah itu bisa direkayasa, atau ada juga yang bilang nilai sejarah ku selalu jelek, dan banyak perkataan lainnya yang memandang sejarah sebagai sesuatu yang tidak menarik.
Jika saya mendengar tentang kata Sejarah, pikiran saya langsung membayangkan peristiwa Sumpah Pemuda, detik-detik proklamasi, pemberontakan G-30 S/PKI dan sederet peristiwa bersejarah lainnya yang jika dibahas tidak cukup 1 hari. Bagi saya pribadi, selalu suka Sejarah dari jaman masih sekolah dan hingga saat ini.
Seperti kata Kang Asep Kambali (Sejarawan, Founder Historia Indonesia), dalam sesi sharing Instagram Live bersama teh Ani Berta (Blogger, Founder Femaledigest.com), bahwa tak kenal maka tak sayang, jika kita tidak mengenal Sejarah, maka kita tidak akan bisa sayang dengan negara kita. Inilah yang saya rasakan ketika menyukai Sejarah, kecintaan terhadap Indonesia semakin dalam, sehingga ketika ada suatu peristiwa menimpa bangsa ini di tayangan berita, yang saya rasakan sedih dan prihatin.
Menarik sekali ketika kang Asep berapi-api membahas tentang sejarah, terutama ketika membahas tentang mata uang. Kang Asep sempat menyinggung mengenai Pulau Sipadan dan Ligitan yang jatuh ke tangan negara Malaysia berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional, salah satu faktornya adalah karena tidak adanya peredaran mata uang Rupiah di Pulau Sipadan Ligitan, yang beredar di kedua pulau tersebut adalah mata uang Ringgit sehingga diasumsikan Malaysia memiliki kedaulatan atas kedua pulau tersebut.
Pentingnya mata uang suatu negara, karena mata uang dipandang sebagai simbol negara. Karena pentingnya keberadaan mata uang suatu negara maka mengenai mata uang negara diatur dalam peraturan sebuah negara, termasuk Indonesia dan memiliki sanksi yang berat untuk siapa saja yang sengaja merusak, memalsukan mata uang Rupiah.
Melalui mata uang Indonesia, kita dapat mengenal Sejarah. Seperti yang kang Asep bilang bahwa melalui uang kita dapat mengenal tokoh-tokoh pahlawan Indonesia karena di setiap lembar uang kertas ada gambar pahlawan.
Mata Uang Edisi Khusus Kemerdekaan sekaligus memperkenalkan program Redenominasi.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan, baru-baru ini meluncurkan mata uang Rupiah edisi khusus dalam rangka Kemerdekaan Indonesia yang ke-75. Sesuai dengan angka 75 tahun Indonesia, mata uang edisi khusus ini juga dicetak hanya uang kertas nominal Rp. 75.000,- dengan gambar anak-anak menggunakan pakaian khas daerah Indonesia pada sisi belakang dan di sisi depan gambar tokoh Proklamator Soekarno-Hatta.
Uniknya, di gambar anak-anak menggunakan pakaian khas daerah ada berbagai daerah dari berbagai daerah dan suku sampai ke wilayah timur yang jarang diketahui masyarakat pada umumnya. Selain itu yang unik adalah bentuk angka 75 yang lebih besar dibandingkan angka Nol nya, ternyata ada misi dibalik ini, dimana Pemerintah ingin memperkenalkan program redenominasi yang akan dijalankan nantinya, sehingga menjadikan uang edisi khusus ini sebagai percobaan atau taste the water sebelum menjalankan program redenominasi sebenarnya.
Beruntung sekali Kang Asep menjadi salah satu tim perumus dalam membuat mata uang edisi khusus ini, yang akan mengukir sejarah Indonesia. Berada dalam satu tim bersama Sejarawan senior merupakan suatu kehormatan bagi Kang Asep yang menjadi paling muda diantara yang lain.
Uang kertas edisi khusus ini tidak diperjualbelikan umum di market place hanya dapat diperoleh melalui Bank atau jika ada yang berminat menjadikan uang ini sebagai koleksi dapat melalui penukaran kolektif yang digagas Komunitas Historia, saat ini penukaran kolektif memasuki batch pertama yang akan ditutup pendaftarannya sampai tanggal 02 September 2020.
Uang juga menjadi saksi rusaknya moral Bangsa.
Mata uang dikaitkan dengan kedaulatan Negara, namun disisi lain juga menjadi saksi rusaknya moral sebagian anak bangsa. Banyak moral anak bangsa rusak hanya karena uang, mengorbankan citra sebagai penegak hukum hanya karena disuap sejumlah uang.
Hal ini terjadi berulang kali di negeri ini, di negara yang kita cintai. Berkali-kali masyarakat disuguhi berita seputar penyuapan oknum penegak hukum, atau oknum kepala daerah dan pejabat.
Yang sedang viral belakangan ini adalah kasus dari tertangkapnya Djoko Tjandra, buronan korupsi Skandal Bank Bali. Dari penangkapan Djoko Tjandra yang telah buron sejak tahun 2009 ini, terungkap dalam pemeriksaan bahwa Djoko Tjandra telah menyuap beberapa oknum penegak hukum agar dapat lolos dari penangkapan dan jeratan hukum. https://news.detik.com/berita/d-5133501/irjen-napoleon-bonaparte-tersangka-penerima-suap-djoko-tjandra?_ga=2.4216051.1919440485.1598961355-1509902306.1590134931
Setelah jadi tersangka pengguna surat jalan palsu, Djoko Tjandra dijerat undang-undang tindak pidana korupsi (tipikor) karena diduga menyuap dua jenderal Polri.
Djoko Tjandra menyuap oknum petinggi Polri Irjen Napoleon Bonaparte untuk mencabut red notice dirinya sehingga dia bisa bebas berpergian ke negara lain dengan aman.
Tidak hanya menyuap oknum Polri, Djoko Tjandra mengakui menyuap Jaksa Pinangki untuk dapat mempengaruhi pembuatan fatwa Mahkamah Agung terkait kasusnya, hingga akhirnya Jaksa Pinangki harus merasakan mendekam dalam bui. https://news.detik.com/berita/d-5154991/pengacara-djoko-tjandra-serahkan-uang-ke-teman-dekat-pinangki-lewat-ipar
Djoko Tjandra membantah berhubungan dengan jaksa Pinangki soal urusan fatwa MA. Dia mengaku menyerahkan uang lewat ipar ke teman dekat Pinangki, Andi Irfan Jaya
Perbuatan kedua oknum penegak hukum tersebut mencoreng citra lembaga/institusi penegak hukum sekaligus mencoreng Pemerintah dan lemahnya penegakkan hukum di Indonesia. Dan uang menjadi saksi rusaknya moral Bangsa, hanya karena uang.
Keprihatinan terhadap rusaknya moral bangsa karena uang tidak dapat dihindarkan. Kekuasaan, harta/materi memang menjadi magnet buat sebagian orang dan membuat orang lupa dengan citranya sebagai penegak hukum bahkan mungkin lupa dengan perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajah, sehingga tega mengkhianati bangsa sendiri dengan perbuatan tercela tersebut.
Seperti yang diutarakan Kang Asep bahwa kita memang harus dan wajib mengenal sejarah, agar kita memiliki rasa sayang, hormat pada Bangsa kita, negara yang kita cintai, sehingga tidak ada lagi oknum yang tega mengkhianati bangsa sendiri hanya demi uang, materi.
Semoga kita semua bisa belajar banyak dari sejarah, karena Sejarah yang menentukan yang kita lakukan saat ini dan yang akan menentukan masa depan kita nanti.