Peran Dokter saat Pandemi Membutuhkan Sinergi Berbagai Pihak.

Seberapa pentingkah peranan dokter di saat pandemi?? Sangat penting yah Moms…kita menyaksikan sendiri keberadaan dokter sangat dibutuhkan. Dan menjadi garda terdepan dalam penanganan Covid 19.

Tidak hanya dalam kasus pasien
Covid 19, tapi pasien-pasien penyakit lainnya juga sangat membutuhkan Dokter untuk berkonsultasi seputar penyakitnya atau berobat rutin.

Topik ini lah yang dibahas hari Jumat kemarin tanggal 29 bersama KBR dengan host… bersama narasumber dokter Adriansyah perwakilan IDI dan dokter Udeng, secara Live di Youtube berita KBR selama 1 jam.

Selama pandemi, banyak dokter yang diperbantukan untuk menangani Covid 19, bahkan tidak sedikit dokter yang harus gugur akibat Covid 19. Lantas bagaimanakah sebenarnya rasio jumlah dokter dibandingkan penduduk di Indonesia? Apakah sudah ideal dan memenuhi standar?

Rasio jumlah Dokter di Indonesia dibawah standar WHO

Menurut dr. Adriansyah selaku pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI), rasio jumlah dokter Indonesia masih jauh di bawah standar WHO. Berdasarkan rekomendasi dari WHO untuk 1000 penduduk memerlukan 1 orang dokter atau 1/1000 penduduk, sementara Indonesia hanya mencapai rasio 0.5 – 0.6 per 1000 penduduk.

Jumlah rasio dokter Indonesia juga tertinggal dengan negara tetangganya yaitu : Malaysia, Singapura, Filipina yang sudah mencapai diatas 1 per 1000 penduduk. Walaupun masih dibawah standar WHO, jumlah dokter di Indonesia masih bisa mengimbangi jumlah penduduk yang ada.

Wahhh..ternyata Indonesia masih cukup banyak kekurangan tenaga Dokter yah…ditambah dengan kondisi pandemi saat ini yang membutuhkan banyak tenaga dokter untuk membantu pasien Covid 19.

Dr. Adriansyah selalu Pengurus IDI menjelaskan rasio jumlah dokter di Indonesia

Konsultasi Dokter dengan telemedicine

Lalu bagaimanakah peranan Dokyer di saat pandemi seperti ini??

Selama pandemi, untuk layanan dokter semua serba dibatasi, harus mengikuti proles yang ketat dan bahkan saat ini banyak dokter yang melayani pasien melalui telemedicine. Apakah telemedicine cukup akurat dalam memberikan diagnosa dan konsultasi?

Untuk mendeteksi awal suatu keluhan sakit, bisa menggunakan layanan telemedicine, dan bersifat mengarahkan, namun tetap harus diperiksa lebih lanjut oleh Dokter. Jadi ketika ada suatu gejala dan berkonsultasi dengan telemedicine, pasien harus melanjutkan dengan pemeriksaan langsung ke dokter, karena ada beberapa penyakit yang butuh pemeriksaan secara detail dengan melihat langsung kondisi Pasien.

Seperti hal nya pada penyakit Kusta, tidak bisa mengobati hanya melalui telemedicine, hanya bisa mendapatkan arahan apakah termasuk Kusta atau tidak, selanjutnya pasien kusta akan diarahkan untuk tetap melakukan pemeriksaan ke dokter untuk memeriksa kelainan kulit, gangguan fungsi syarafnya.

KURANGNYA DISTRIBUSI DOKTER DI DAERAH TERPENCIL.

Dr. Udeng Daman, Technical Advisor NLR Indonesia menjelaskan bahwa perlu peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di daerah terpencil khususnya dalam menangani penyakit Kusta, apabila tidak ada dokter di daerah terpencil. Dengan demikian, tenaga kesehatan dapat melakukan upaya penanganan atau pengobatan kusta kepada Pasien sambil menunggu rujukan atau rekomendasi.

Penyakit Kusta sendiri bisa diobati di Puskesmas atau fasilitas kesehatan manapun, bisa ditangani langsung maupun dirujuk ke Fasilitas kesehatan yang lain. Sehingga distribusi Dokter di daerah terpencil harus merata.

Senada dengan dr. Udeng Daman, dr Adriansyah pun mengiyakan jika Distribusi dokter ke daerah-daerah terpencil memang masih kecil, hal ini disebabkan karena masih kurangnya jaminan terhadap Dokter di daerah terpencil, seperti jaminan kesehatan, jaminan kesejahteraan, jaminan keamanan, jaminan pendidikan anak, dan untuk memenuhi jaminan tersebut dibutuhkan peran serta Pemerintah dalam hal ini.

Dr. Udeng Daman, Technical Advisor NLR Indonesia

UPAYA-UPAYA PENGUATAN DOKTER DI INDONESIA

Peran dokter sangat diperlukan oleh Masyarakat, dan menjadi ujung tombak dalam pelayanan kesehatan di Indonesia.

Pandemi Covid 19 saat ini, menyebabkan Indonesia harus kehilangan banyak tenaga Dokter akibat Covid 19, lalu bagaimanakah upaya-upaya penguatan Dokter di Indonesia ??

Dr. Udeng Aman menjelaskan, bahwa Penguatan dokter di Indonesia khususnya untuk penyakit Kusta dapat dilakukan dengan beberapa cara :

1. Dokter baru diberikan pelatihan Formal dan Informal khususnya tentang penyakit Kusta.

2. Bimbingan teknis dari para Senior mengenai penyakit Kusta.

3. Program on Job Training soal Kusta.

4. Self Education, membaca-baca kembali buku-buku atau materi soal Kusta.

Dr. Adriansyah menambahkan bahwa, IDI sendiri sudah memiliki program untuk penguatan Dokter di Indonesia, yaitu :

  • Memelihara dan membina terlaksananya Sumpah Dokter dan Kode etik Dokter.
  • Ikut serta meningkatkan mutu pendidikan.
  • Menjalin kemitraan untuk membuat kebijakan terkait Prokes.

Peran dokter yang sangat penting dan bahkan menjadi garda terdepan di saat pandemi Covid 19, nmembutuhkan sinergi dengan berbagai Pihak seperti pemerintah, mitra kerja, stake holder dan pihak terkait agar Distribusi Dokter menjadi lebih merata, jumlah Dokter menjadi meningkat dan sesuai dengan standar WHO, sehingga Masyarakat pun mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik hingga ke daerah terpencil.

Semoga Ikatan Dokter Indonesia bersama dengan Pemerintah bisa bersinergi dengan para pihak khususnya Pemerintah untuk merumuskan kebijakan yang memperhatikan dan memberikan jaminan kepada tenaga Dokter, agar Dokter-dokter Indonesia semakin nyaman melayani Pasien dan masyarakat Indonesia.

By admin

Just an Ordinary Moms with 2 Daughter Likes Cooking, Food Photography enthusiast

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *