You are What You Eat:
Kamu adalah apa yang kamu makan
Siang Moms, udah familiar pasti yah dengan ungkapan di atas. Bagi aku pribadi, ungkapan di atas menggambarkan bahwa apa yang kita makan adalah cerminan dari kesehatan tubuh kita. Jadi kalau ingin melihat orang tersebut sehat atau tidak bisa keliatan dari apa yang ia makan dan bagaimana kesehatan saluran cernanya.
Lho kenapa saluran pencernaan dibawa-bawa?? karena Saluran pencernaan kita itu sebagai cerminan dari kesehatan tubuh kita Moms. Jika ada sesuatu yang salah dengan kesehatan kita, saluran pencernaan memberikan alarm atau tanda untuk tubuh kita.
Makanan yang Baik untuk Mikrobiota Usus
Senada dengan dr. Endah Citraresmi, Sp.A (K), dokter spesialis anak dan konsultan alergi imunologi, menjelaskan bahwa kesehatan saluran pencernaan mencerminkan kesehatan tubuh kita. Ada trilyunan Mikrobiota yang tinggal di usus kita, ada Bakteri baik yang bermanfaat dan ada juga bakteri jahat yang tidak baik untuk tubuh.
Jika saya punya quote di atas yang saya terapkan dikehidupan saya, dr. Endah juga punya ungkapan “What we eat nourishes ourselves and the trillions of microbes in our digestive tract“, bahwa apa yang kita makan akan memberikan nutrisi kepada diri kita sendiri dan trilyunan mikroba/ Bakteri di saluran pencernaan kita.
Harus ada keseimbangan antara jumlah bakteri baik dan bakteri jahat di dalam usus kita, dan untuk menjaga keseimbangan itu diperlukan makanan yang baik untuk bakteri baik di usus kita.
Apa saja makanan yang baik untuk mikrobiota di usus kita?? dr. Endah menjelaskan bahwa makanan untuk memberikan nutrisi yang baik pada mikrobiota baik di usus adalah makanan yang mengandung Probiotik seperti yang terdapat dalam Yoghurt, Kefir, Kimchi, Tempe dan juga makanan yang mengandung Prebiotik seperti Sayur, Buah, Whole Grain, Kacang-kacangan.
Alergi juga dapat dipicu dari Modern Lifestyle
Seperti yang sudah saya jelaskan di atas bahwa kesehatan saluran pencernaan kita menjadi tolak ukur dari kesehatan tubuh kita. Karena banyak gejala dari suatu penyakit bisa terlihat dari Saluran pencernaan kita. Seperti misalnya Alergi.
Alergi merupakan reaksi menyimpang (tidak diinginkan) yang terjadi setelah mengkonsumsi makanan diperantarai mekanisme imun.
Efek menyimpang terhadap makanan bisa terjadi 2 kondisi, yaitu Alergi Makanan (mekanisme imunologi) dan Intoleransi makanan (bukan imunologi).
Membahas tentang Alergi di webinar ini jadi menambah pengetahuan dan kebetulan anak pertama saya juga mengalami Alergi makanan khususnya ketika dia mengkonsumsi telur berlebihan dan sebagian seafood.
Dari penjelasan dr. Endah, anak dengan Alergi berpotensi untuk menghadapi gangguan pertumbuhan, yaitu akibat reaksi alergi seperti gejala saluran cerna (muntah, diare, menolak menyusu), dermatitis atopik berat dan akibat penghindaran makanan sehingga menjadi kesulitan dalam memilih makanan (picky eater).
Anak pertama saya yang juga menderita alergi, reaksi alerginya berupa dermatitis atopik dimana timbul ruam, gatal dan bintik di area kulit terutama lipatan lengan, area bibir, area pipi dan juga kaki. Ketika alergi bereaksi, anak saya jadi merasa tidak nyaman, tidak bisa berhenti menggaruk dan merasa gatal. Syukurlah reaksi alerginya tidak sampai mengalami gangguan saluran pencernaan, sehingga makannya tidak sampai terganggu. Hanya saja jadi picky eater karena memilih-milih makanan yang tidak memicu alergi.
Orangtua yang memiliki anak dengan alergi, harus mempunyai tata laksana Alergi makanan seperti :
- Menghindari makanan penyebab atau pencetus alergi. Hal ini harus dilakukan berdasarkan diagnosis yang benar.
- Memilih makanan pengganti dan berkonsultasi dengan ahli gizi.
Ternyata Alergi makanan juga dipengaruhi dari gaya hidup modern ala barat, seperti selalu mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat, junk food, transisi dari hidup di desa ke kota, penggunaan vaksin dan antibiotik itu semua berpengaruh pada perubahan keanekaragaman mikroba komensal yang dapat memicu Alergi Makanan.
Wahhh, jadi memang saat ini darurat makanan sehat kaya serat yah karena jaman sekarang pilihan menu makanan tinggi lemak sangat banyak dengan berbagai promonya yang menggoda, sementara makanan sehat tinggi serat pilihan sedikit dan harganya relatif lebih mahal, sehingga masyarakat belum bisa sepenuhnya beralih ke gaya hidup sehat.
Perbanyak Konsumsi Serat
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa Prebiotik banyak memberikan manfaat dalam memberikan nutrisi bagi bakteri baik dalam usus. Tidak hanya itu, selain memelihara kesehatan pencernaan, ternyata Prebiotik juga bermanfaat dalam pencegahan dan terapi alergi.
Namun untuk mendapatkan manfaat bagi keseluruhan sistem imun (pencegahan, pengobatan Alergi) tidak cukup hanya dengan mengkonsumsi serat 1 jenis saja, diperlukan berbagai jenis serat makanan agar manfaat yang didapatkan maksimal.
Bagaimana aturan mengkonsumsi serat yang benar??
dr. Endah banyak menjelaskan tentang aturan mengkonsumsi serat yang benar, yaitu :
- Makan minimal lima porsi buah dan sayur per hari, makan juga dengan kulitnya (kulit mengandung lebih banyak serat), sebaiknya dikonsumsi langsung karena Jus buah atau sayur sedikit mengandung serat.
- Pilih berbagai roti, sereal, beras dan pasta dari biji utuh (nasi merah, roti gandum utuh). Saat membuaat kue atau roti, bisa mengganti separuh tepung terigu dengan tepung gandum utuh.
- Jika makan makanan tinggi serat, minum air harus lebih banyak karena serat menyerap air dari tubuh.
Dari penjelasan dr. Endah tadi, aku merasa tertampar karena aku pribadi termasuk yang masih kurang mengkonsumsi serat dan ini akhirnya diikuti juga oleh anak pertama saya. Dia agak susah makan buah, seperti ada trauma dengan buah sehingga hanya mau mengkonsumsi buah tertentu termasuk memilih sayur pun hanya mau makan wortel dan bayam saja.
Ini menjadi PR atau pekerjaan rumah saya untuk menyiasati anak-anak agar mau mengkonsumsi Serat dari sayuran dan buah lebih banyak lagi. Karena sejatinya anak meniru dari orangtuanya, jadi saya pun harus mengubah kebiasaan dan mengkonsumsi serat lebih banyak agar menjadi contoh bagi anak-anak.
Tantangan yang dihadapi Anak dengan Alergi
Mengasuh dan merawat Anak dengan alergi penuh tantangan dan ini saya rasakan sendiri ketika anak pertama saya ada alergi. Hal ini senada dengan penjelasan psikolog, Mba Anastasia Satriyo M.Psi mengenai Tantangan Perkembangan anak dengan alergi.
menurut mbak Anastasia, ada 3 tantangan yang akan dihadapi dalam tumbuh kembang anak dengan alergi, yaitu :
- Anak dengan alergi lebih rentan mengalami kecemasan, tidak percaya diri.
- Di usia sekolah, anak dengan alergi rentan dikucilkan atau diisolasi sosial.
- Orangtua dari anak yang alergi mengalami kecemasan lebih tinggi sehingga berpotensi mengalami burn out.
Biasanya klo makan buat yg berkulit tipis anakku suka buang kulitnya…ternyata seratnya lebih banyak ya..thx infonya mbak aku bakal info ke anakku nih
Iya aku juga baru tahu mbaak tri ternyata kandungan serat terbanyak ada di kulit buah
Thank you infonya mama Fanni btw, apakah telor ayam bikin alergi pada kulit?
Iya anakku termasuk yg alergi kalo makan telur ayam kebanyakan, langsung gatel2 di bagian lipatan lengan, bibir dan pipinya
wahh..ternyata konsumsi banyak serat bisa meminimalisir alergi yaa..
Iya betul, yuk perbanyak makan serat